Indonesia sangat kaya dengan sumber daya flora. Di Indonesia, terdapat sekitar 30.000 spesies
tanaman, 940 spesies di antaranya dikategorikan sebagai tanaman obat dan 140 spesies di
antaranya sebagai tanaman rempah. Dari sejumlah spesies tanaman rempah dan obat, beberapa di
antaranya sudah digunakan sebagai obat tradisional oleh berbagai perusahaan atau pabrik jamu.
Dalam masyarakat Indonesia, pemanfaatan obat tradisional dalam sistem pengobatan sudah
membudaya dan cenderung terus meningkat. Salah satu tanaman rempah dan obat-obatan yang
ada di Indonesia adalah jahe(Rukmana, 2000).
Menurut para ahli, jahe (Zingiber officinale Rosc.) berasal dari Asia Tropik, yang tersebar dari
India sampai Cina. Oleh karena itu, kedua bangsa itu disebutsebut sebagai bangsa yang pertama
kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan minuman, bumbu masakan, dan obat-obatan
tradisional. Belum diketahui secara pasti sejak kapan mereka mulai memanfaatkan jahe, tetapi
mereka sudah mengenal dan memahami bahwa minuman jahe cukup memberikan keuntungan
bagi hidupnya (Santoso, 1994). Jahe (Zingiber officinale rosc) merupakan salah satu jenis
tanaman yang termasuk kedalam suku Zingiberaceae. Nama “Zingiber” berasal dari bahasa
Sansekerta “Singabera” dan Yunani “Zingiberi” yang berarti tanduk, karena bentuk rimpang jahe
mirip dengan tanduk rusa. Officinale merupakan bahasa latin dari “Officina” yang berarti
digunakan dalam farmasi atau pengobatan (Bermawie dan Purwiyanti dalam Sya’ban 2013).
Tanaman Jahe (Zingiber officinale rosc) dalam dunia tanaman memiliki klasifikasi sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale Rosc.
Famili Zingiberaceae terdapat disepanjang daerah tropis dan sub tropis terdiri atas 47 genus dan
1.400 species. Genus Zingiber meliputi 80 species yang salah satu diantaranya adalah jahe yang
merupakan species paling penting dan paling banyak manfaatnya (Hapsoh, 2008 dalam Putri,
2014). Ada tiga jenis jahe, yaitu :
1. Jahe Putih Besar / Jahe Gajah
Varietas jahe ini banyak ditanam di sekitar masyarakat dan dikenal dengan nama “Zingiber
officinale var officinarum”. Ukuran rimpangnya lebih besar dan gemuk jika dibandingkan jenis
jahe lainnya. Jika diiris rimpang berwarna putih kekuninganRuas rimpangnya lebih
menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur
muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan (Hapsoh, 2008 dalam
Putri, 2014).
2. Jahe Putih/Kuning Kecil/Jahe Emprit
Jahe ini dikenal dengan nama Latin “Zingiber officinale var amarum” memiliki rimpang dengan
bobot berkisar antara 0,5 - 0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang kecil-kecil dan berlapis. Daging
rimpang berwarna putih kekuningan. Tinggi rimpangnya dapat mencapai 11 cm dengan panjang
antara 6 - 30 cm dan diameter antara 3,27 - 4,05 cm. Ruasnya kecil, agak rata sampai agak
sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua (Hapsoh, 2008 dalam Putri,
2014).
3. Jahe Merah atau Jahe Sunti
Jahe merah/jahe sunti (Zingiber officinale var rubrum) memiliki rimpang dengan bobot antara
0,5 - 0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang jahe merah, kecil berlapis-lapis dan daging rimpangnya
berwarna kuning kemerahan, ukuran lebih kecil dari jahe kecil. Memiliki serat yang kasar.
Rasanya pedas dan aromanya sangat tajam. Diameter rimpang 4,2 -4,3 cm dan tingginya antara
5,2 - 10,40 cm. Panjang rimpang dapat mencapai 12,39 cm. sama seperti jahe kecil, jahe merah
juga selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi
dibandingkan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan (Setiawan, 2015: 23).
Manfaat jahe
Berkaitan dengan unsur kimia yang dikandungnya, jahe dapat dimanfaatkan dalam berbagai
macam industri, antara lain sebagai berikut: industri minuman (sirup jahe, instan jahe), industri
kosmetik (parfum), industri makanan (permen jahe, awetan jahe, enting-enting jahe), industri
obat tradisional atau jamu, industri bumbu dapur (Prasetyo, 2003). Selain bermanfaat di dalam
industri, hasil penelitian Kikuzaki dan Nakatani (1993) menyatakan bahwa oleoresin jahe yang
mengandung gingerol memiliki daya antioksidan melebihi α tokoferol, sedangkan hasil
penelitian Ahmed et al., (2000) menyatakan bahwa jahe memiliki daya antioksidan yang sama
dengan vitamin C.
Rimpang jahe mengandung 1-3% minyak atsiri yang terdiri atas fulandren, d-kamfen, zingiberen,
dan zingiberon (Tjitrosoepomo, 1994). Kandungan lain yang terkandung di dalam rimpang jahe
adalah zingiberol berupa minyak atsiri serta senyawa oleoresin (dengan komponen zingerol,
zingerone, shogoal, resin, asiri), dan pati. Jahe segar dan kering banyak digunakan sebagai
pemberi aroma. Jahe muda digunakan sebagai lalab, jahe asin, sirup, atau jahe kristal. Sebagai
obat tradisional, jahe sering digunakan untuk mengatasi influenza, batuk, luka lecet dan luka
tikam, dan gigitan ular, selain itu, jahe dapat digunakan sebagai obat penambah nafsu makan,
memperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan (Paimin dan Murhananto, 1999). Jahe yang
mengandung gingerol dapat dimanfaatkan sebagai obat antiinflamasi, obat nyeri sendi dan otot
karena reumatik, tonikum, serta obat batuk (Syukur, 2002).
Manfaat-manfaat jahe menurut Setiawan (2015) adalah sebagai berikut :
1. Peluruh dahak atau obat batuk, peluruh keringat, peluruh haid, pencegah mual, dan
penambah nafsu makan.
2. Antiseptik, circulatory stimulant, diaphoretic, peripheral vasolidator.
3. Menghangatkan badan.
4. Minyak atsirinya mempunyai efek antiseptik, antioksidan dan mempunyai aktivitas
terhadap bakteri dan jamur.
5. Secara tradisional digunakan untuk obat sakit kepala, gangguan saluran pencernaan,
stimulansia, diuretik, rematik, menghilangkan rasa sakit, mabuk perjalanan, dan sebagai
obat luar untuk mengobati gatal-gatal akibat gigitan serangga, keseleo, bengkak, serta
memar.
6. Jahe mengandung bahan antioksidan di antaranya senyawa flavonoid dan polifenol, asam
oksalat dan vitamin C. Antioksidan ini dapat mebantu menetralkan efek merusak yang
diakibatkan oleh radikal bebas dalam tubuh.
7. Melindungi system pencernaan dengan menurunkan keasaman lambung dan menghambat
terjadinya iritasi pada saluran pencernaan, hal ini karena jahe mengandung senyawa
aseton dan methanol.
Komentar
Posting Komentar