Suku
Dayak adalah suku asli Kalimantan Barat yang hidup berkelompok dan mempunyai
bermacam-macam budaya. Ada beberapa Suku Dayak di Kalimantan Barat yaitu Suku
Dayak Kanayatn, Suku Dayak Kenyah, Suku Dayak Benuaq, Suku Dayak Iban dan masih
banyak Suku Dayak lagi yang belum disebutkan.
Masyarakat Dayak Kanayatn memiliki berbagai tatanan kehidupan atau kebiasaan
adat istiadat yang dijalankan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan adat
istiadat merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang dipegang teguh dalam
kehidupan sehari-hari. Adat istiadat juga merupakan sistem kebudayaan yang
memiliki sistem norma dan sistem hukum yang menjadi pedoman hidup
masyarakatnya. Sistem budaya yang dimiliki mempunyai nilai tinggi, berharga,
bermakna, penting untuk dihayati dan dijalankan dalam kehidupan. Masyarakat
Dayak juga memiliki konsep ketuhanan, kearifan mengelola hutan dengan cara
tradisional, dan kesenian sebagai hasil dari penuangan rasa estetis religius.
Semua itu dianggap sebagai warisan berharga yang harus dipertahankan dan
diwariskan kembali kepada generasi berikutnya agar kebudayaan tersebut tetap
lestari dan dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat suku Dayak kanayatn.
Musik Dayak Kanayatn merupakan bagian penting sebuah upacara dalam adat
istiadat. Musik bagi Dayak Kanayatn tidak hanya mempunyai peranan dalam
kehidupan, tetapi mengandung nilai-nilai religius masyarakat sesuai dengan adat
dan kepercayaan yang dianut masyarakat Dayak Kanayatn. Arti penting musik bukan
hanya terbatas pada pemenuhan kepuasan estetis (hiburan) dan penggambaran
budaya, namun dipercaya mempunyai fungsi, simbol, dan nilai budaya sesuai
dengan posisinya sebagai wadah kreativitas dan intelektualitas masyarakat.
Kebanyakan upacara besar yang dilaksanakan masyarakat Dayak Kanayatn disertai
dengan penampilan musik, seperti dalam kesenian Baliatn.
Baliatn merupakan satu di antara upacara
pengobatan yang dilakukan dengan iringan musik, dan keberadaannya masih
dipercaya oleh masyarakat Dayak Kanayatn. Baliatn
merupakan satu di antara tradisi yang diwariskan turun-temurun oleh nenek
moyang Suku Dayak yang memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakatnya.
Baliatn tidak hanya mempunyai peranan dalam kehidupan, tetapi mengandung
nilai-nilai religius sesuai dengan adat dan kepercayaan yang dianut masyarakat.
Penyajian musik Baliatn merupakan sajian ritual karena bersifat sakral dan
cenderung terkait dengan upacara yang berhubungan dengan hal-hal gaib, seperti
makhluk halus, roh leluhur, Dewa, dan Tuhan. Musik Baliatn terdiri atas tiga
alat musik antara lain : Agukng (gong), Dau (kenong) dan Tuma (gendang). Pemain
musik dalam ansambel musik Baliatn dari empat orang, yaitu dua orang pemain Dau
(We’nya dan Naknya), satu orang pemain Tuma, dan satu orang penabuh Agukng,
serta tidak ada kekhususan untuk pemain yang memainkan musik tersebut. Artinya
musik itu boleh dimainkan siapa saja, tua, muda, laki-laki atau perempuan
dengan syarat pemain mengetahui cara bermain dan mengikuti peraturan adat
sebelum disajikan dalam upacara. Baliatn dilaksanakan jika ada seseorang yang
menderita karena penyakit yang tidak kunjung sembuh, serta orang yang telah
meninggal dunia.
Kesenian Baliatn dilaksanakan atas
permintaan dari pihak keluarga yang bersangkutan tersebut. Pada masa sekarang
ini kesenian Baliatn semakin jarang ditemui, oleh karena sudah adanya
pengobatan secara medis serta banyak bermunculan kesenian modern yang
mengalahkan musik Baliatn dan mempengaruhi musik tradisional lainnya. Namun demikian masih ada beberapa tokoh
yang masih berusaha untuk melestarikan kesenian Baliatn seperti diadakannya
Pesta Padi atau Naik Dango yang dilaksanakan satu kali dalam setahun. Agar
eksistensinya tidak tenggelam dan dilupakan oleh masyarakat zaman modern
khususnya bagi kaum muda. Musik iringan pada Baliatn bebeda-beda karena selama
proses upacara berjalan iringan musik harus menyesuaikan yang dimantrakan oleh
Pamaliatn (dukun). Musik iringan tersebut dimainkan disetiap prosesi, tanpa
iringan musik upacara tersebut tidak dapat berjalan karena dalam masyarakat
Dayak Kanayatn antara tarian, musik, sesaji dan upacara merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Jika tidak ada musik, dapat dikatakan upacara batal
menurut adat atau tidak sah. Kesenian tradisional Baliatn layak mendapat perhatian
untuk eksistesinya agar tidak tergeser oleh hadirnya kebudayaan-kebudayaan
lain, khususnya kebudayaan mancanegara. Pengembangan kesenian ini sangat
bergantung pada kepedulian masyarakat, dan individu khususnya kesenian Baliatn.
A. SUSUNAN UPACARA BALIANT
a. Baduduk Namaan Antu (Duduk masukan hantu)
1) Baduduk (Duduk)
b. Lumpat (Bangun / Berdiri)
1) Ngalumpatatn (Mendirikan)
2) Ngaranto (Menrantau)
3) Ka’ Bawakng (ke istana para Dewa )
4) Ka’ Jubata (Meminta izin ke Tuhan)
5) Ne’ Doko’ (Leluhur)
c. Bajampi
(Mengucapkan mantra)
1) Bajampi
(Mengucapkan mantra)
2) Ngindukng
Bulatn
3) Buai Bagantukng
(nyasah/ngipas mayang)
d. Nulak Batakng
Taman
1) Nulak Batakng
Taman
1. Motif Tabuhan Motif tabuhan dalam upacara Baliatn
masyarakat Dayak Kanayatn
a.
Motif Tabuhan Jubata
b. Motif
Tabuhan Ka’ Bawakng
c.
Motif Tabuhan Ngaranto
2.
Fungsi Musik Fungsi musik dalam upacara Baliatn dalam masyarakat Dayak Kanayatn
a. Fungsi Musik dalam Kehidupan Masyarakat Dayak Kanayatn
b. Fungsi
Musik dalam Setiap Prosesi Upacara Baliant
B. PERLENGKAPAN PROSESI UPACARA BALIATN
Batakng Taman Batakng Taman ini dibuat dari batang pohon
aur dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 2 meter. Pada bagian bawah batakng
taman tergantung tumpang sebagai tempat sajian yang terbuat dari anyaman daun
kelapa. Pada bagian tengah batakng taman digantungkan semacam aksesoris berupa
anyaman daun kelapa. Pada bagian atas (mendekati puncak) batakng taman,
digantungkan pula tumpang yang juga berisi sajian. Di dekat tumpang itu
digantungkan mayang pinang dan pelepah batang pinang. Pada bagian atas (puncak)
digantungkan payung sebagai media atau simbol pelindung selama berlangsung
prosesi Upacara Baliatn.
C. SAJIAN SAJIAN DIPERSIAPKAN UNTUK MELENGKAPI JALANNYA
PROSESI UPACARA BALIATN.
Sajian adalah makanan, bunga-bungaan yang dipersembahkan
kepada kekuatan-kekuatan gaib dalam upacara. Dapat pula dikatakan bahwa, sajian
itu dilakukan secara simbolis dengan tujuan berkomunikasi dengan kekuatan kekuatan
gaib, dengan jalan mempersembahkan makanan dan benda-benda yang berkaitan
dengan komunikasi tersebut “sigala na’ tumpang ahe nian nang isinya pamakanan
mare’ak awa Pama Jubata, paralu disiapatn sanape’ Baliatn. Kade’ nana’
disiapatn Baliatn na’ bisa dijalatnan, jukut nape’ langkap ahe nang
diparaluatn” (segala sesuatu seperti tumpang yang berisi makanan untuk
memberikan roh-roh dan tuhan penguasa alam ini perlu disiapkan sebelum Upacara
Baliatn berlangsung. Apabila tidak disiapkan segala sajian, Upacara Baliatn
tidak dapat dilaksanakan,. Jenis sajian sebagai berikut.
a)
Dupa
Dupa
adalah perapian yang isinya arang atau bara yang ditempatkan dalam wadah atau
mangkuk kecil. Fungsinya untuk membakar kemenyan yang asapnya menebarkan aroma
harum kemenyan.
b)
Air
dan Kembang atau Air Selasih
Air
yang dimaksud adalah air putih yang diambil dari tujuh aliran sungai yang
dicampurkan kembang tujuh jenis yang berwarna-warni, misalnya warna merah yang
melambangkan keberanian dan kegagahan dan kembang berwarna putih yang
melambangkan kesucian dan kebersihan hati. Daun Selasih berfungsi sebagai alat
pemercik air pada seluruh tubuh pasien ketika prosesi pengobatan berlangsung.
Air dan kembang atau air Selasih ditempatkan di dalam sebuah wadah berupa
baskom kecil.
c)
Sajian
Makanan Awa Pama
Sajian
makanan Awa Pama terdiri atas:
1) Telur ayam kampung (satu buah)
2) Beras
3) Rokok Daun (dari daun nipah)
4) Daun Layakng
5) Tumpi’, Poe’, Bontokng
6) Kobet
Kobet ini berjumlah tujuh buah yang isinya nasi atau
poe’, bontokng, darah ayam, garam, hati atau empedal ayam, camak (sirih yang
kecil), kapur, gambir, pinang, tembakau ditempatkan di atas daun layakng. Darah
ayam hanya dimasukan di dalam satu dari tujuh kobet yang ada sedangkan enam
kobet lainnya tidak berisi darah ayam.
7) Tumpang
Tumpang terbuat dari anyaman daun kelapa yang berisi
telur ayam kampung (sudah direbus), irisan poe’, tumpi’, bontokng, lilin merah
atau kayu garu, sirih sekapur, rokok daun, ditempatkan di atas daun layakng.
d.
Tempayan
atau Buat Tangah
Tempayan atau Buat Tangah adalah tempayan yang berukuran
kecil berdiameter 30 cm dan tinggi 40 cm yang di atasnya berisi sajian beras
dan telur yang ditempatkan dalam sebuah mangkuk kecil (mangkuk dan beras
kuning).
e.
Pahar
Pahar adalah wadah yang terbuat dari tembaga yang
bentuknya bulat pada bagian atas menyerupai piring berdiameter 40 cm dan tinggi
20 cm. Pada bagian bawahnya terdapat penyangga yang juga berbentuk bulat. Pahar
yang berisi sajian ini ditempatkan di depan tukang Nyangahatn sebagai media
pelengkap ketika proses Nyangahatn berlangsung. Pahar ini berisi perangkat
pahar sebagai berikut.
a) Seekor ayam utuh kampung yang sudah direbus yang
dibelah pada bagian dadanya. Pada bagian belahan dada ayam itulah disimpan
organ-organ tubuh ayam seperti hati, empal, dan jantung ayam yang sebelumnya
sudah direbus terlebih dahulu.
b) Tungkat (satu ruas poe’, diberi lubang dengan ukuran
kecil, disimpan di atas ayam yang sudah dibelah dadanya)
c) Beras
d) Telur Ayam Kampung yang dibelah menjadi dua bagian
e) Tembakau
f) Rokok daun g) Tumpi’, Poe’, Bontokng
h) Daun sirih, kapur, pinang, gambir
i) Kobet
j) Lilin merah
k) Air di dalam solekng (bambu dalam ukuran kecil)
f. Mayang dan Pelepah
Pinang atau Salodakng Pinang Salodakng pinang adalah
pelepah pinang yang dicelupkan ke dalam air yang nantinya untuk dikibaskan pada
pasien. Salodakng pinang dijadikan sebagai media untuk menerawang sumber
penyakit dan jenis penyakit pasien yang diobati. Mayang pinang adalah cikal
bakal buah pinang sebelum menjadi buah yang diambil untuk dijadikan alat
pemercik air yang berisi kembang.
g.
Batu
Pangilo
Batu
Pangilo adalah media yang digunakan untuk menerawang atau mencari sumber
penyakit pasien, atau disebut juga sebagai “Batu Jampi”.Melalui Batu Pangilo
inilah tukang pamaliant mengetahui sumber penyakit dan sekaligus menyembuhkan
penyakit pasien.
D. PROSESI UPACARA BALIATN
1) Prosesi
Baduduk Namaan Antu
a) Tinjauan Estetika
Pada saat berlangsung Prosesi Baduduk Namaan Antu terlihat adanya aktivitas
seni atau estetika. Aktivitas estetika itu dapat dilihat ketika Tukang
Pamaliatn (Dukun), mandega, dan para pemusik menjalankan fungsi mereka
masing-masing. Pamaliatn (Dukun) melantunkan syair-syair magis dan menggerakan
kipas yang di pegang pada tangan kanannya, mandega juga melantunkan syair-syair
magis sambil berinteraksi dengan Pamaliatn (Dukun), dan para pemusik menabuh
alat-alat musik dalam Upacara Baliatn. Pamaliatn (Dukun) melakukan aktivitas
estetika sebagai berikut. Pada mulanya Pamaliatn (Dukun) mengambil kipas, dan
dalam posisi duduk bersila mengipas-ngipaskan kipas yang dipegang ke bagian
wajah, leher, dan dada. Kipas itu sekaligus juga diarahkan ke perapian dupa
sehingga asap dari dupa mengarah ke tubuh Pamaliatn (Dukun). Gerakan mengipas
dari Pamaliatn (Dukun) itu memunculkan estetika tersendiri misalnya, terlihat
gerak lembut yang teratur, sehingga memunculkan rasa keindahan ketika melihat
gerakan tangan Pamaliatn (Dukun) yang menggerakan kipas ke tubuhnya tersebut.
Sambil berkipas Pamaliatn (Dukun) melantunkan syair-syair magis, yang isinya
memohon izin atau permisi kepada Jubata dan roh-roh untuk memulai prosesi
Upacara Baliatn.Pamaliatn (Dukun) melantunkan syair-syair magis yang sebagian
dikutip sebagai berikut “malam nian kami bamula Baliatn…ampon tabe’…udah
didoakan ka’ subayatn…”(malam ini kami memulai prosesi Upacara Baliatn…meminta
kepada Tuhan … sudah kami doakan pada kehidupan surgawi) Kata-kata dalam syair
yang dilantunkan oleh Pamaliatn (Dukun) merupakan kata-kata sinonim yakni
beberapa kata tertentu digunakan yang mengacu pada makna yang sama misalnya
kata ”ampon” dan “tabe’” merupakan dua kata yang memiliki makna yang sama. Kata
“ampon” dan ”tabe’” itu bermakna memohon izin atau permisi kepada Jubata dan
roh-roh untuk memulai dan melaksanakan kegiatan Upacara Baliatn. Pamaliatn
(Dukun) mampu menciptakan rasa estetik dalam memilih kata tertentu. Kata yang
dilantunkan oleh Pamaliatn (Dukun) menimbulkan syair-syair yang variatif
sehingga terdengar estetis. Selain itu, Pamaliatn juga memperlihatkan kemampuan
bertutur lisan.Pamaliatn tidak membaca teks atau menghafal teks tetapi
mengucapkan syair-syair secara spontan yang terucap begitu saja. Pamaliatn
hanya berpedoman pada pola pengucapan syair misalnya pola pengucapan pada saat
memulai, melaksanakan, dan mengakhiri syair. Pola yang digunakan dalam bertutur
lisan ini memberi efek pada munculnya kata-kata yang bervariasi sehingga
terdengar estetik.Kata yang diucapkan muncul secara spontan atau tidak
dipersiapkan sebelumnya. Syair yang dilantukan oleh Pamaliatn memiliki irama
yang khas yakni tidak memiliki pola khusus seperti pola dalam lagu. Jika di
dalam lagu-lagu populer pada umumnya memiliki bait pertama yang berirama sama
dengan bait kedua. Akan tetapi pada syair yang dilantukan oleh Pamaliatn dan
mandega polanya tidak sama seperti dalam lagu-lagu populer.
b).TinjauanNonestetik
Pada saat Prosesi Baduduk Nama’an dimulai dengan nyangahatnyaitu doa yang
diucapkan sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan kepada Yang Maha Esa.
Nyangahatn ini dilakukan oleh pamaliatn yaknimenyanyikan syair-syair magis pada
saat ritus lenggangang berlangsung.Pada saat nyangatahn ini panyangahatn
menghadap sajian yang berisi perlengkapan Upacara Baliatn yang ditempatkan di
sebuah pahar. Isi nyangahatn adalah permohonan agar Upacara Baliatn ini
berlangsung dengan lancar dan pasien yang akan diobati dapat disembuhkan.
Selama nyangahatn berlangsung Pamaliatn (Dukun) secara khusuk mendengarkan isi
doa dalam nyangahatn dan menyiapkan diri untuk melaksanakan Prosesi Baduduk
Nama’an Antu. Demikian juga pasien yang akan diobati dan pengunjung yang akan
menyaksikan Upacara Baliatn mendengarkan pengucapan doa nyangahatn. Sementara
nyangahatn diucapkan, para pemusik menabuh alat-alat musik dengan motif tabuhan
Jubata Masak sebagaimana yang dinotasikan. Selesai nyangahatn, Mandega
mengoleskan kunyit pada bagian dahi pasien dan seluruh pengunjung yang hadir
untuk menyaksikan prosesi Upacara Baliatn. Selain itu, Mandega juga menaburkan
beras kuning pada setiap sudut ruangan dan ke arah pasien dan orang-orang yang
berada di ruangan.Kemudian Mandega menggantungkan ayam yang sudah direbus di
atas pahar. Bersamaan dengan itu selesailah kegiatan nyangahatn. Pada saat
Prosesi Baduduk Nama’an antu dimulai, Pamaliatn (Dukun) mengambil posisi duduk
bersila di lantai di depan batakng taman dan semua perlengkapan Upacara Baliatn.
Mandega juga duduk bersila di lantai di samping Pamaliatn (Dukun). Pamaliatn
(Dukun) dan mandega fokus menyiapkan diri memulai Prosesi Baduduk Nama’an Antu.
Begitu pula para pemusik, bersiap untuk menabuh alat-alat musik yang sudah
tersedia “Pamaliatn (Dukun) dalam prosesi baduduk namaan antu memang mengawali
kegiatan prosesi dengan mengipas-ngipaskan asap perapian dupa ke bagian
tubuhnya. Itu dimaksudkan agar aroma kemenyan yang dibakar di perapian dupa
dapat tercium aromanya dan dipercaya dapat mendatangkan roh-roh yang akan
diajak berkomunikasi selama Upcara Baliatn berlangsung. Begitu juga syair-syair
ritual yang dilantunkan merupakan permohonan atau izin kepada Jubata agar
direstui untuk melakukan Upacara Baliatn”.
2) Prosesi Lumpat
a) Tinjauan Estetika Pada prosesi Lumpat ada beberapa
kegiatan yang dilakukan Pamaliatn (Dukun) yang berkaitan dengan estetika.
Estetika yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan seni gerak atau tari dan
seni musik. Gerakan Pamaliatn (Dukun) yang semula duduk kemudian berdiri dan
menari mengelilingi batakng taman memperlihatkan estetika seni gerak. Pada
bagian pergelangan kaki Pamaliatn (Dukun) terlilit gelang kaki yang disebut
gentekng. Bunyi gentekng yang terdengar, berpadu dengan suara musik menimbulkan
rasa estetis bagi yang mendengarnya. Pamaliatn (Dukun) terus menari, sambil
menari tangannya sesekali mengusap-usap pernak-pernik atau anyaman sebagai
media batakng taman. Gerakan seperti ini memunculkan estetika tersendiri karena
gerakan tari tidak menjadi monoton. Ada variasi gerak antara gerakan kaki pada
satu sisi dan gerakan tangan pada sisi lainnya.Perpaduan gerak kaki dan tangan
ini menunjukkan berfungsinya anggota tubuh Pamaliatn (Dukun) khususnya kaki dan
tangan sehingga terlihat variatif.Selain itu, gerakan tari sambil memegang
kipas yang dilakukan oleh Pamaliatn (Dukun) juga memperlihatkan estetika gerak
yang variatif.
b) Tinjauan Nonestetik Pada prosesi lumpat terlihat
beberapa adegan sakral, misalnya tindakan Pamaliatn (Dukun) yang menerawang
sumber penyakit pasien melalui media tertentu.Pamaliatn (Dukun) pertama-tama
mencari sumber penyakit pasien di sajian yang berada di bawah batakng taman.
Pamaliatn (Dukun) mengendusendus sajian di bagian bawah batakng taman itu dan
tiba-tiba endusannya terhenti pada sebuah telur. Kelihatannya Pamaliatn (Dukun)
menemukan penyakit pasien pada telur itu yang diterawangnya secara mistis.
Kesakralan ritus terus berlanjut pada saat Pamaliatn (Dukun) terus menerawang
penyakit pasien dan menemukannya pada bagian dalam tubuh seekor ayam yang telah
direbus dan dibelah pada bagian dadanya. Pamaliatn (Dukun)menerawang terus
penyakit pasien pada seekor ayam tersebut dan terus menari dan benyanyi dengan
diiringi musik. Pamaliatn (Dukun) menatap dengan tatapan mistis ke arah ayam
yang dijadikan media sumber penyakit pasien. Pembantu Pamaliatn (Dukun)
kemudian mengambil pelepah pinang yang disebut dengan salodakng. Kelihatannya
sumber penyakit pasien tidak hanya diterawang di dalam sebuah telur dan seekor
ayam tetapi juga diterawang melalui salodakng. Salodakng itu kemudian di ukur
dengan jengkal Pamaliatn (Dukun) yang disebut basukat. Pada saat itulah
Pamaliatn (Dukun) terlihat trans, yaitu Pamaliatn (Dukun) masuk dalam suasana
alam bawah sadar atau suasana mistis dan magis
3) Prosesi Bajampi
a) Tinjauan Estetika Ada beberapa hal yang tampak yang
berkaitan dengan estetika atau seni pada saat prosesi bajampi
berlangsung.Aktivitas yang terlihat estetik itu diantaranya hanya sebatas
nyanyian syair-syair magis dan gerak tari magis yang dilakukan oleh
Pamaliatn.Kemudian unsur estetik lainnya adalah bunyi tabuhan musik pengiring
ritus.
b) Tinjauan Nonestetik Beberapa aktivitas dalam prosesi
bajampi ini umumnya dilaksanakan oleh Pamaliatn (Dukun).Pamaliatn (Dukun)
pertama-tama mengambil batu pangilo yaitu batu yang diperoleh oleh Pamaliatn
(Dukun) secara mistis misalnya batu tersebut datang secara tiba-tiba atau
dicari di tempat tertentu berdasarkan petunjuk mistis yang digunakan sebagai
media penerawang penyakit di dalam tubuh pasien. Di sekitar batu pangilo itu
ada air selasih yaitu air putih biasa yang di dalamnya dicampurkan tujuh jenis
kembang.Ada pula daun rinyuakng yakni sejenis daun berwarna merah kehitaman
yang biasa digunakan dalam upacara-upacara adat yang diselipkan pada lilitan
kain di kepala pelaku upacara adat.Pamaliatn (Dukun) kemudian mengoleskan beras
kuning yaitu beras yang diberi kunyit hingga berwarna kuning dan dioleskan pada
bagian dahi dan anggota tubuh lainnya pada pasien.Batu pangilo digosok-gosokkan
pada seluruh tubuh pasien, misalnya di jari kaki dan bagian tubuh pasien
lainnya yang sakit.Sementara daun rinyuakng dikibas-kibaskan di seluruh tubuh
pasien. Prosesi bajampi lainnya adalah, mandega membuka salapa mengambil daun
sirih dan kapur sirih yang kemudian dioleskan pada sekujur kaki pasien.Pada
saat kapur sirih tersebut dioleskan pada sekujur kaki pasien lampu listrik
tiba-tiba padam dan hal ini menambah suasana mistis.Pamaliatn (Dukun) semakin
terlihat masuk suasana transendental.
4) Prosesi Nulak Batakng Taman
a) Tinjauan Estetika Prosesi Nulak Batakng Taman adalah prosesi terakhir dalam Upacara
Baliatn. Prosesi Nulak Batakng Taman dilaksanakan setelah prosesi bajampi yaitu
Pamaliatn (Dukun) semakin memasuki suasana mistis dan magis atau masa trans.
Pamaliatn (Dukun) mengitari batakng taman sambil melantunkan syair-syair magis
yang semakin menambah suasana magis di dalam Upacara Baliatn. Pamaliatn (Dukun) kembali mengitari batakng
taman. Terlihat lagi gerakan aneh yang diperagakan Pamaliatn (Dukun).Pamaliatn
(Dukun) terlihat berjalan terjungkit-jungkit seperti orang kesakitan kaki
sebanyak satu putaran dan tangan kiri dukun bertumpu pada daun-daun yang ada di
batakng taman. Pamaliatn (Dukun) selanjutnya menari mengitari batakng taman sambil menggaruk-garukkan tangan ke seluruh
tubuhnya seperti menggaruk bagian yang terasa gatal di tubuhnya. Masih dalam
Prosesi Nulak Batakng Taman ini ada lagi beberapa adegan atau gerakan yang
terlihat estetik. Adegan itu adalah posisi tangan Pamaliatn (Dukun) berkacak
pinggang, kemudian mandega menaburkan biji daun mayang dari pelepah pinang.
Posisi Pamaliatn (Dukun) yang berkacak pinggan tadi kemudian disertai juga
dengan ekspresi wajah yang gelisah setelah mandega menaburkan biji daun mayang
dari pelepah pinang tersebut. Pamaliatn (Dukun) yang masih berkacak pinggan itu
mengigit lidahnya dan hal ini membuat sanak saudara pasien dan tetangga serta
orang-orang sekampung pasien tersenyum melihat kejenakaan ekspresi yang
ditunjukkan oleh Pamaliatn (Dukun). Terakhir, Pamaliatn (Dukun) memperlihatkan
interkaksi dengan penabuh dau we’nya.Pamaliatn (Dukun) sambil menari dan
menyanyi mendekati penabuh dau we’nya seraya menggerak-gerakkan kedua tangannya
ke atas seperti memberi isyarat bahwa penabuh dau salah menabuh motif tabuhan
yang diinginkannya. Melihat hal ini hadirin yang menyaksikan prosesi
memperlihatkan ekspresi wajah takut akan terjadi sesuatu terhadap penabuh
dau.
b) Tinjauan Nonestetik Setelah beberapa kali mengitari
batakng taman, ada gerakan lucu dan aneh yang diperagakan Pamaliatn (Dukun).
Pamaliatn (Dukun) seolah-olah mengencingi area di sekeliling batakng
taman.Terlihat senyum dari sanak saudara pasien menertawai tingkah Pamaliatn
(Dukun) tersebut.Suasana mistis dan magis yang sebelumnya tercipta cair
seketika melihat tingkah Pamaliatn (Dukun) tersebut. Setelah mengitari batakng
tamandengan gerakan seolah-olah kencing di sekeliling batakng taman kurang
lebih satu putaran, Pamaliatn (Dukun) menari mengitari batakng taman lagi
sambil melantunkan syair-syair magis dan suasana pun kembali mistis dan magis.
Pamaliatn (Dukun) tiba-tiba mengambil posisi berbaring dengan kedua tangannya
diletakkan pada bagian dadanya. Tidak lama berselang Pamaliatn (Dukun) bangun
dan menari mengitari batakng taman kembali dan setelah itu berbaring lagi. Hal
ini menujukkan bahwa Pamaliatn (Dukun) merasa puas karena upayanya mencari
sumber penyakit pasien dan menyembuhkannya sudah dilaksanakan dengan
baik.Mengenai ekspresi Pamaliatn (Dukun) yang dalam posisi berbaring ini. “
Pamaliatn nang gurikng man kokotnya nya norohi’ ka’ dadanya koa tanda ia dah
repo, jukut usahanya ngobati urakng nang sakit nian dah tacape.Ia dah puas ahe
nang nya mao’an tacape lea mae nang ia mao’an” (Dukun yang berbaring dengan
kedua tangannya diletakkan di dada itu merupakan tanda bahwa dia merasa senang
karena usahanya mengobati orang yang sakit ini sudah tercapai. Dia merasa puas
apa yang diinginkannya sebagaimana yang diharapkannya)
DAFTAR
RUJUKAN
Artistiana, Rilla 2010, Aneka Alat Musik Daerah. Jakarta : Horizon
Florus,
Paulus, dkk (ed) 2010, Kebudayaan Dayak
Aktulisasai dan Transformasi. Pontianak : Institut Dayakologi
Hood, B.H,
1988, “ Komunikasi Lisan sebagai Dasar Tradisi Lisan”, dalam Pudentia (ed)
Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta : yayasan Obor Indonesia.
IG Harry
Suwarto, dkk. 2007. Seni Budaya Musik 1. Bekasi: Penerbit PT Galaxy Puspa Mega
Lontaan. J.U.
1975, Sejarah Hukum Adat dan Adat
Istiadat Kalimantan Barat. Jakarta : Offset BUMIRESTU
Miden,
Maniamas, 1997, “Musik Dayak Kanayatn dan
Penciptanya”, dalam Andasputra dan Julipin (ed)Mencermati Dayak Kanayatn.
Institute of Dayakology Research and Development:Pontianak.
Morgan,
Stephanie dan Theresia Game, 1992, Manual
Untuk Peneliti Lapangan Proyek Tradisi Lisan (Sastra Lisan Pulau Kalimantan),
Pontianak : Borneo Research Bulletin-Yayasan Lembaga Pelestarian Budaya
Kayaan.
Mulyadi,
Silverius, 2011. “Kamus Bahasa Dayak
Kanayatn”. Pontianak: D&L Digital.
Rinding, Ikot,
dkk, 2006, Potensi Umum dan Macam-Macam
Adat Dayak Kanayatn Kalimantan Barat, Pontianak : Kelompok Inventarisasi
Penggalian, Pengkajian, Pelestarian dan Pengembangan Adat Dayak Kanayatn.
terima kasih atas informasinya
BalasHapussangat bermanfaat
BalasHapus